Selasa, 30 Juni 2009

kurikulum subyek akademis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional.

Kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man : A Course of Study (MACOS) yaitu kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan dan perlengkapan kelas lainnya. Sasaran utama kurikulum ini adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial walau dengan cara sederhana.

B. Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis

Pendekatan pertama (1) melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.

Pendekatan kedua (2) studi yang bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ciri-cirinya (a) Unifying theme, (b) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu, (c) Menyatukan berbagai metode belajar.

Pendekatan ketiga (3) pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

C. Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis

1. Tujuan dan fungsi : melatih anak didik dalam menggunakan ide-ide, gagasan-gagasan dan proses-proses untuk masalah-masalah secara ilmiah sehingga siswa memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang data terus dikembangkan.

2. Metode Ex Position dan Inquiri : setiap ide dijelaskan dan diuraikan sehingga dapat dimengerti masalah yang timbul diantara berbagai disiplin.

3. Problem solving approach : anak didik dilatih dalam cara-cara pengamatan ilmiah, membuat hipotesis dan pengujiannya, diberi pengertian disiplin ilmu sosial dan dibawa pada kesenangan mendapat penemuan-penemuan baru untuk memecahkan masalah.

4. Organisasi : ada beberapa pola organisasi isi kurikulum subyek akademis.

a. Unified : Topik-topik utama berperan dalam mengorganisasikan subyek matter dari berbagai disiplin ilmu.

b. Integrated : Mengintegrasikan subjek matter dari berbagai macam pelajaran memusatkannya pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi.

c. Correlated : Pola organisasi materi / konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

d. Comprehensive Problem Solving : Subyek mater tetap ada, permasalahan dari masalah sosial sehari-hari. Anak didik harus mendapat pengetahuan dan keterampilan agar pemecahan masalah bisa optimal.

e. Evaluasi : Menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.

D. Pemilihan Disiplin Ilmu dan Solusi

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Bila disiplin ilmu sedikit maka penguasaan siswa akan sangat terbatas, bila ia terlalu banyak maka penguasaannya akan mendangkal dan membingungkan. Ada beberapa saran untuk mengatasinya.

1. Comprehensive / mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan bagaimana cara menguji kebenaran / mendapat pengetahuan

2. Social Utility / mengutamakan kebutuhan masyarakat

3. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lain

Secara tradisional isi telah diseleksi dalam bentuk MAPEL dan terdapat hal-hal yang kurang menguntungkan, bahaya utamanya MAPEL yang bersifat tradisional mungkin memiliki rahasia sendiri, yang memiliki disiplin mental yang tampaknya tidak mengindahkan metode-metode yang digunakan karena lebih mementingkan isi. Materi yang diajarkan bersifat universal yang mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat dan serta para pengembang kurikulum ini lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis mengabaikan kemampuan siswa.

Solusinya dalam perkembangan selanjutnya beberapa penyempurnaan. Yaitu mendorong penggunaan intuisi dan tebak-tebakan. Kedua, adanya upaya-upaya menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007.

Indah, 1993.

Syarief, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Pasuruan : PT Garoeda Buang

Oleh : Akhmad SudrajatAbstrak:Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru.Tujuan utama LessonStudy:1)memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. 4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act). Kata Kunci : lesson study, kolaboratif, plan, do, check, act

Apa yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran atau digunakan pada tahap tindakan (do) dalam kegiatan lesson study.

Apa tujuan penyusunan perangkat pembelajaran ? Lesson study adalah kegiatan yang direncanakan, dilakukan dan dinilai bersama oleh kelompok lesson study. Keberhasilan dan kegagalan kegiatan adalah tanggung jawab bersama semua anggota kelompok. Oleh karena itu tujuan penyusunan perangkat pembelajaran adalah agar segala sesuatu yang telah direncanakan bersama dapat tercapai.

Bagaimana menyusun perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi siwa , baik potensi akademik, potensi kepribadian dan potensi sosial ke arah yang lebih baik menuju kedewasaan. Dalam proses ini diperlukan perangkat pembelajaran yang disusun dan dipilih sesuai dengan kompetensi yang akan di kembangkan.

Apakah perangkat pembelajaran lesson study berbeda dengan perangkat pembelajaran biasa? Pada dasarnya perangkat pembelajaran lesson study tidak berbeda dengan perangkat pembelajaran yang biasa disiapkan oleh masing-masing guru di sekolah. Namun karena pembelajaran dalam program lesson study dirancang untuk keperluan peningkatan pembelajaran yang inovatif dan melibatkan kelompok guru serta dimungkinkan untuk dijadikan sebagai ajang penelitian tindakan kelas, maka dalam perencanaannya perangkat pembelajaran harus disusun bersama (kelompok guru), secara seksama, sistematis dan terukur.

Dasar pemikiran Penyusunan perangkat Pembelajaran dalam lesson study.

1. Kompetensi dasar yang akan di kembangkan .

Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk mempunyai kreativitas lebih dalam merancang pembelajaran, agar kompetensi dasar yang telah di tetapkan dapat tercapai. Ada tiga aspek dalam kompetensi dasar untuk siswa SMP yang

harus dicapai, yaitu kompetensi akademik meliputi penguasaan konsep dan metode keilmuan, kompetensi pribadi yang menyangkut perkembangan etika dan moral, serta kompetensi sosial. Ketiga kompetensi ini dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu harus nampak dalam perangkat pembelajaran, mulai dari rencana pembelajaran sampai evaluasi proses pembelajaran.

2. Karakteristik materi pelajaran atau pokok bahasan

Setiap materi pelajaran mempunyai sifat masing masing. . Materi IPA akan berbeda dengan matematika. Matematika dengan sifat materinya yang abstrak memerlukan perangkat pembelajaran yang mampu membuat lebih kongkrit. Sedangkan materi IPA yang umumnya gejalanya dapat diindera , memerlukan perangkat pembelajaran yang membuat anak mampu mengungkap gejala yang ada dan menganalisisnya menjadi suatu pengertian atau konsep yang utuh. Perangkat pembelajaram dalam rangka kongkritisasi persoalan maupun dalam rangka konseptualisasi fakta perlu di susun dengan mempertimbangkan kaidah keilmuan masing-masing agar pengertian yang akan di peroleh siswa tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku. Dalam rangka lesson study hendaknya guru mampu memilih dan mengorganisasi materi pelajaran dan

mengemasnya sebagai bahan ajar sebagai salah satu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya tahu persis konsep esensial materi tersebut agar tidak mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran.

3. Karakteristik subyek didik

Subyek didik dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah pribadi yang kompleks yang berbeda antara satu dengan lainnya.. Walaupun mereka ada dalam kelas yang sama namun kenyataannya dalam banyak hal mereka berbeda.. Variabel subyek didik yang perlu di pertimbangkan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah ; (1) tingkat perkembangan kognitifnya, (2) langgam belajarnya , (3) lingkungan sosial budayanya., (4) keterampilan motoriknya. dan lain-lain. Tidak jarang perangkat pembelajaran yang kita buat tidak dapat dipergunakan secara optimal karena kita mengabaikan karakteristik subyek didik. Dalam pembelajaran untuk lesson study perubahan perilaku siswa ini menjadi fokus perhatian. Seorang guru model dalam proses refleksi sesudah pembelajaran akan menguraikan/menyampaikan tentang semua kondisi yang

dia ciptakan untuk membelajarkan siswa., sesuai dengan program pengembangan yang di rencanakan. Hal ini sangat penting karena refleksi para

observer tidak di tujukan kepada performance guru, tetapi tertuju pada cara guru mengelola kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa..

4. Pemilihan model pembelajaran .

Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model induktif. Demikian juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran , terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa. Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam mengekplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, ecara kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu..

5. Karakteristik lingkungan sekitar sekolah .

Lingkungan sekolah sebenarnya sangat potensial sebagai sumber belajar. Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungannya, baik masalah

matematika maupun masalah IPA. Kemampuan anak mengekplorasi lingkungan merupakan bekal penting untuk dapat memecahkan masalah yang timbul di masyarakat , terutama jika kita memilih Contextstual Teaching Learning ( CTL) sebagai model pembelajaran. Pengembangan kecakapan hidup bagi siswa SMP dapat dimulai dari lingkungan sekolah.. Perangkat pembelajaran yang memungkinkan anak belajar di luar kelas mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran di luar kelas siswa lebih leluasa mengekpresikan dirinya , sehinggaperangkat evaluasi pembelajaran terutama evaluasi afektif lebih mudah untuk diimplementasikan. .

6. Alokasi Waktu

Bagaimanapun waktu merupakan faktor pembatas utama dalam proses pembelajaran, baik bagi proses pembelajaran regular maupun proses

pembelajaran dalam rangka lesson studyp://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/22/lesson-study-dasar-pemikiran-penyusunan-perangkat-pembelajLESSON STUDY : DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN