BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional.
Kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man : A Course of Study (MACOS) yaitu kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan dan perlengkapan kelas lainnya. Sasaran utama kurikulum ini adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial walau dengan cara sederhana.
B. Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis
Pendekatan pertama (1) melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.
Pendekatan kedua (2) studi yang bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ciri-cirinya (a) Unifying theme, (b) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu, (c) Menyatukan berbagai metode belajar.
Pendekatan ketiga (3) pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
C. Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis
1. Tujuan dan fungsi : melatih anak didik dalam menggunakan ide-ide, gagasan-gagasan dan proses-proses untuk masalah-masalah secara ilmiah sehingga siswa memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang data terus dikembangkan.
2. Metode Ex Position dan Inquiri : setiap ide dijelaskan dan diuraikan sehingga dapat dimengerti masalah yang timbul diantara berbagai disiplin.
3. Problem solving approach : anak didik dilatih dalam cara-cara pengamatan ilmiah, membuat hipotesis dan pengujiannya, diberi pengertian disiplin ilmu sosial dan dibawa pada kesenangan mendapat penemuan-penemuan baru untuk memecahkan masalah.
4. Organisasi : ada beberapa pola organisasi isi kurikulum subyek akademis.
a. Unified : Topik-topik utama berperan dalam mengorganisasikan subyek matter dari berbagai disiplin ilmu.
b. Integrated : Mengintegrasikan subjek matter dari berbagai macam pelajaran memusatkannya pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi.
c. Correlated : Pola organisasi materi / konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
d. Comprehensive Problem Solving : Subyek mater tetap ada, permasalahan dari masalah sosial sehari-hari. Anak didik harus mendapat pengetahuan dan keterampilan agar pemecahan masalah bisa optimal.
e. Evaluasi : Menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
D. Pemilihan Disiplin Ilmu dan Solusi
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Bila disiplin ilmu sedikit maka penguasaan siswa akan sangat terbatas, bila ia terlalu banyak maka penguasaannya akan mendangkal dan membingungkan.
1. Comprehensive / mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan bagaimana cara menguji kebenaran / mendapat pengetahuan
2. Social Utility / mengutamakan kebutuhan masyarakat
3. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lain
Secara tradisional isi telah diseleksi dalam bentuk MAPEL dan terdapat hal-hal yang kurang menguntungkan, bahaya utamanya MAPEL yang bersifat tradisional mungkin memiliki rahasia sendiri, yang memiliki disiplin mental yang tampaknya tidak mengindahkan metode-metode yang digunakan karena lebih mementingkan isi. Materi yang diajarkan bersifat universal yang mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat dan serta para pengembang kurikulum ini lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis mengabaikan kemampuan siswa.
Solusinya dalam perkembangan selanjutnya beberapa penyempurnaan. Yaitu mendorong penggunaan intuisi dan tebak-tebakan. Kedua, adanya upaya-upaya menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik.
Indah, 1993.
Syarief, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Pasuruan : PT Garoeda Buang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar